Sabtu, 25 Mei 2019

" Sudah Siapkah Jakabaring Jadi Pusat Tenis Nasional? "

JAKARTA, 25 Mei 2019. " Sudah siapkah Jakabaring  menjadi Pusat Tenis Nasional ?" ujar pengamat tenis August Ferry Raturandang, ketika melihat fasilitas yang telah dimiliki kota Palembang dengan Jakabaring Sport Citynya. Sebagai "Wong Kito " sudah seharusnya menyadari keberadaan Jakabaring Sport City yang dibangun sebagai persiapan helatan South East Asian Games 2011 lalu kemudian Asian Games XVIII  yang saat ini telah menjadi satu satunya fasilitas tenis terbesar di Indonesia. Karena fasilitas Gelora Bung Karno khususnya lapangan tenis yang dibangun untuk Asian Games IV tahun 1962 lalu telah berkurang sehingga sulit sekali sebagai tuan rumah kejuaraan tenis internasional dilaksanakan di GBK. Tetapi Jakabaring Sport City justru awalnya hanya memiliki 8 lapangan terbuka sekarang menjadi 16 lapangan terbuka.

Oleh August Ferry Raturandang, disebutkan beberapa kota yang juga memiliki fasilitas memadai untuk digelar kejuaraan tenis internasional baik kejuaraan perorangan maupun beregu ( Davis Cup by BNP Paribas) yaitu Pekanbaru (ex PON 2012), Balikpapan ( ex PON 2008), Makassar, Solo , Bandung, Surabaya  karena memiliki fasilitas stadion memadai. 

Memasuki tahun 2019 ini, PP Pelti telah menyadari keberadaan Jakabaring Sport City, sehingga mengagendakan kegiatan tenis dialihkan ke Jakabaring Sport City seperti telah dicantumkan adanya 4 kegiatan turnamen nasional dan internasional dan 2 kegiatan kepelatihan pelatih dan wasit di Palembang.

" Seharusnya pelaku tenis di Palembang memanfaatkan kepercayaan yang telah diberikan PP Pelti sebagai momen jadikan Jakabaring sebagai Pusat Tenis Nasional. Ayo Bangkit " ujar August Ferry Raturandang yang sangat peduli atas keberadaan Stadion tenis Bukit Asam di Jakabaring Sport City. Diakuinya pula roda organisasi Pelti di Palembang masih belum berjalan lancar akibat komunikasi internal. Hal ini sudah bukan rahasia umum  bagi daerah daerah lainnya juga sebagai kendala dalam pertenisan nasional


Saat ini ada kesan negatip dari masyarakat tenis Palembang yaitu kesan mahal sewanya. Tetapi ketika bertemu dengan manajemen PT JSC , Peter Sutandi , dikatakan semua itu bisa dibicarakan dengan baik, dan siap jika ada kerjasama yang untuk memajukan tenis. Keterbukaan dari PT JSC seharusnya mendapatkan perhatian dari masyarakat tenis di Palembang.
Harus diakui kondisi  Stadion tenis Bukit Asam Jakabaring Sport City jika minim kegiatan justru membuat lapangan tersebut akan rusak.

Beberapa minggu lalu kunjungan PP Pelti dipimpin oleh Sekjen PP Pelti Lani S, dilaporkan ada beberapa lapangan yang perlu mendapatkan perhatian untuk diperbaiki. Hal ini bisa terjadi, menurut August Ferry Raturandang akibat jarang digunakan sehingga saat hujan deras maka pasir diluar lapangan akan masuk kelapangan. " Jika tidak dibersihkan maka pasir bersama kapur yang dibawanya akan mengendap dilapangan tenis tersebut. Itu yang kami lihat sendiri " 

Bambang Harsono, dari Pengkot Pelti Kota Palembang sangat antusias untuk mengaktipkan stadion tenis Bukit Asam menjadi Pusat Tenis Nasional. " Kita mulai dari masyarakat tenis kota Pelembang untuk bermain tenis di Jakabaring." ujarnya. Bahkan dikatakan Pengkot Pelti Palembang sedang menyiapkan kegatan tenis dalam rangka HUT Kota Palembang dengan kejuaraan tenis Walikota Cup dibulan Juli mendatang. Karena bulan Juli 2019, kegiatan tenis dikota Palembang ada TDP Nasional Junior yaitu Sumex Cup dan Medco Energi Junior Champs maka kemungkinan diundurkan Agustus 2019 bersamaan dengan HUT Republik Indonesia. " Kami sedang usulkan ke Ketua Pengkot Pelti Palembang" ujar Bambang Harsono. Dikatakan pula disayangkan sekali potenis petenis yunior kota Palembang jika tidak mendapatkan perhatian sebagai ibukota Provonsi Sumsel. " Jangan sampai kalah dengan kabupaten lainnya yang cukup kencang pembinaannya. Buktinya Palembang bisa terwakili dalam seleksi POPNAS  oleh petenis yunior Dwi Rahmasari dan M.Zidan."  Hal ini diakui saat ini Pengkot Pelti Palembang lebih aktip dibandingkan Pengprov Pelti Sumsel, disamping Kabupaten Muba maupun Lahat dan lain lainnya..  

August Ferry Raturandang mengakui  Jakabaring Sport City bagi masyarakat tenis kota Palembang dianggap letaknya sangat jauh, apalagi diikuti dengan kemacetan yang sering muncul. " Saya teringat awalnya berdiri Pusat Tenis Danamon (Kemayoran, 1996) , masyarakat Jakarta mengeluh karena dianggap jauh. Tetapi ketika di Pusat Tenis Kemayoran tersebut setiap bulannya ada kegiatan turnamen maka tidak ada pilihan lain sehingga banyak juga yang datang bermain tenis di Kemayoran setelah  melihat fasilitas fasilitas yang dimilikinya .

 " Hal seperti ini yang terjadi di Jakabaring. Akibat minim kegiatan. Saya hanya bisa menghimbau kepada Pelti Sumsel maupun Palembang agar lebih aktip manfaatkan fasilitas kebanggaan nasional di Jakabaring." ujarnya saat berkunjung ke Palembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar