Rabu, 13 Mei 2020

" Turnamen Adalah Kebutuhan Atlet "

Jakarta, 14 Mei 2020. " Turnamen adalah kebutuhan Atlet " , demikian ujar August Ferry Raturandang (AFR) salah satu penggerak turnamen di Indonesia. Selanjutnya dikatakan kalau mau ada prestasi mutlak adanya kompetisi atlet. Sudah banyak kejadian petenis yunior berprestasi saat yunior tetapi setelah itu dewasa hilang tanpa bekas. Khususnya didaerah daerah luar Jawa.


Menyadari hal ini berdasarkan pengalaman pribadi AFR,maka timbul inovasi tersendiri untuk tetap kembangkan turnamen khususnya didaerah daerah yang sangat langka bahkan tidak ada turnamen sama sekali.

Dikatakan pula, berdasar pengalaman pribadi di Bali dan Nusa Tenggara Barat, AFR sebagai petenis yunior setiap tahun mengikuti kejurnas yunior di Malang. Tetapi kemampuan orangtua sebagai pegawai negeri hanyalah sekali dalam setahun, Akibatnya, pembinaan tidak bisa berkembang.

Saat duduk sebagai pengurus Pelti DKI Jakarta, berkesempatan mengembangkan turnamen ini menjadi turnamen 2 hari atau Persami (pertandingan sabtu minggu), diawali tahun 2004. Pertandingan hanya 2 hari yaitu Sabtu Minggu, tidak mengganggu jadwal sekolah dan beaya rendah. Alasan membuat turnamen tersebut karena melihat negara tetangga Australia memilik turnamen selitar 100 turnamen, sedangkan Indonesia terdiri dari beberapa puluh provinsi.


" Turnamen yang membuat mahal adalah SDM (wasit, referee, ballboys, panpel) begitu pula hadiah, Itu 2 sektor sudah habis dana 40 %" ujarnya. " Saat negara alami krisis ekonomi, artinya kesulitan sponsor. Apakah tidak ada turnamen menyebabkan tidak ada kesempatan atlet untuk berprestasi." kata AFR yang tergugah melihat kondisi ini..


Melihat kondisi seperti ini, sebagai pembina tenis tentunya tidak boleh diam , tetapi dicoba berinovasi. Setelah berlangsung beberapa tahun dengan label dengan menggunakan lapangan tenis Kemayoran,  Piala Ferry Raturandang telah mencapai 69 kali diadakan di Jakarta, Cirebon, Bandung, Solo, Surabaya, Singaraja, Palembang, Pekanbaru, Balikpapan, Palangka Raya , kemudian berganti sistem menjadi 3 hari turnamen dengan menggunakan Referee, wasit sesuai ketentuan TDP (Turnamen Diakui Pelti)
Maka sejak 2009  lahirlah RemajaTenis yang dimulai dari Jakarta. Timbullah keinginan adakan RemajaTenis dimana AFR pernah sekolah , domisili. Yaitu kota kelahiran Makassar, Sekolah Rakyat di Singaraja , Sekolah Menengah Pertama di Mataram dan SMA di Bogor, sudah terpenuhi. 

Kendala petenis yunior adalah jadwal sekolah karena turnamen nasional berlangsung minimal 5 hari sampai 7 hari. Kebutuhan turnamen bagi atlet tenis untuk mencapai prestasi nasional maupun internasional adalah 13 - 15 kali dalam setahun. Disinilah dunia pendidikan tidak mendukung, karena tidak diperkenankannya atlet bolos sekolah 15 minggu dalam setahun. Dengan adanya konsep turnamen 3 hari yang sangat membantu kesulitan penyelenggara turnamen , sebenarnya tidak kalah mutunya . Bedanya adalah turnamen 5-7 hari mempertandingkan tunggal dan ganda sedangkan turnamen 3 hari hanya boleh tunggal atau ganda saja



1 komentar: