Selasa, 05 Mei 2020

Masyarakt Tenis Tidak Sepenuhnya Mau Bantu Pertanisan

Jakarta, 5 Mei 2020. Inisiatip muncul disaat Stay at Home tidaklah perlu patah semangat karena banyak idea muncul disaat ketenangan dan suasana Puasa bagi umat Moslem cukup membantu menghindari suasana yang tidak perlu muncul intrik intrik politik di Tanah Air, walaupun tidak bisa dihindari so pasti ada satu atau dua yang tidak puas,
Dengan 3 in 1 bisa membuat pertenisan kita bisa merata diluar Jakarta atau lebih tepatnya luar pulau Jawa yang sudah waktunya kita bangkitkan potensi daerah yang sudah terlalu lama tidur. Tidak perlu disebut siapa yang salah dalam hal ini karena AFR sudah lama mengenal potenis daerah tidak memanfaatkan otonomi daerah yang sudah lama berlaku.

Jika visinya adalah meningkatkan potensi daerah sesuai dengan otonomi daerah maka tidak lah susah bagi seluruh masyarakat tenis baik dalam bentuk individu maupun klub atau organisasi untuk bisa bergerak demi pertenisan kita. 

Tetapi  ada pula yang menganggap masyarakat tenis tidak sepenuhnya mau membantu pertenisan Indonesia. Oleh AFR ditanggapi sebagai berikut. " Sebenarnya tidak demikian, sambil menunggu ada pioner yang mau kedepan tentunya akan didukung." ujar August Ferry Raturandang. Selanjutnya dikatakan bahwa yang selalu dikemukakan adalah masalah dana, padahal sebenarnya tidak demikian karena yang benar adalah ketidak adanya program yang jelas dari petenis sendiri untuk masa depannya yang selama ini terlalu diserahkan kepada pihak lainnya. Padahal semua itu demi kepentingan dirinya sendiri. Masyarakat tenis bingung antara memilih tenis atau sekolah. Seolah olah tenis itu tidak menjamin masa depan anaknya. Sebaliknya kalau dengan tenis itu bisa membuka peluang sekolah diluar negeri atau dalam negeri karena banyak universitas dalam negeri menerima mahasiswa melalui jalur prestasi. Masalahnya setelah jadi mahasiswa tidak ada sarana pertandingannya baik antar Universitas atau TDP Kelompok Umum

Berbeda dengan di Negara Paman Sam ada kompetisi antar universitas, maka petenis selain disediakan pelatih tenis nya juga akademiknya. Sudah banyak petenis Indonesia yang kembali setelah lulus sekolahnya. Jadi tidaklah sia sia.

Masalah TDP 3 in 1 konsep itu dilakukan dengan jumlah hari yaitu 10 ( sepuluh ) hari untuk suatu turnamen cukup menghemat beaya. Mencakup 3 turnamen yunior, umum dan veteran. Kenapa bisa menghemat beaya, karena petugasnya cukup sama tidak perlu ada pergantian petugasnya. Begitu pula beaya seragam petugas tidak membutuhkan beaya besar. Sehingga untuk TDP yang berada diluar pulau tidak perlu memikirkan beaya transportasinya dan akomodasi yang merupakan satu paket

Masalah lapangan , dengan kerjasama Pelti setempat diharapkan adanya kemudahan bahkan kalau dimiliki oleh Pemerintah Daerah maka lebih mudah. Yang jadi pertanyaan adalah kalau pemiliknya swasta tergantung pendekatannya. Daya tarik bagi Pelti daerah maupun kota setempat diberikan kesempatan mencari dana untuk kepentingan pembinaan atletnya.
.
Kira kira berapa beaya yang dibutuhkan ? Tentunya tidak disangka bisa semurah atau serendah mungkin kalau tujuannya bukan komersial. Dan jika diserahkan kepada yang ahli.

1 komentar:

  1. menang berapapun di bayar
    ayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
    WA : +85587781483

    BalasHapus