Rabu, 01 Juli 2020

Kembalilah Kepada Pelatih/Coach


Jakarta, 1 Juli 2020.  Coach merupakan satuan sosial terkecil dalam masyarakat olahraga. Secara teoritis tanpa pelatih atau Coach  tidak ada pembinaan. Coach terdiri dari individu yang telah mengikatkan diri dalam pertenisan, saling interaksi, saling menghormati sesama coach sesuai dengan kode etik coach dan percaya diri tinggi.

Tetapi dalam kehidupan sehari hari sumber kehidupan Coach  dari tenis dan ada yang bekerja paruh waktu karena masih terikat dengan pekerjaan kantor sebagaimana lazimnya mayoritas pelatih yang ada saat ini.

Coach itu merupakan lingkaran utama dalam pembentukan kepribadian atlet. Coach. Tidak semata mata mengajarkan tenis ansich, tetapi juga dalam hal moral dan etika sesama petenis atau sesama coach.

Dari sini bisa dilihat dalam keseharian perilaku atlet tenis terutama yunior bisa menggambarkan kepribadian Coachnya. Ibarat guru kencing berdiri ,murid kencing berlari.

Dampak pandemi terhadap kehidupan Coach sangat terasa dengan ditutupnya lapangan tenis. Bahkan sudah 3 bulan Coach tidak menjalankan tugas sebagaimana lazimnya, bagjan oenderitaan juga dialami Coach..

Dengan diumumkan kelonggaran (PSBB) berlaku sehubungan dibukanya lapangan tenis maka mulailah beberapa  Coach lega dapat menjalankan tugasnya sebagaimana ujung tombak pembinaan.

Petenispun sudah kembali kelapangan baik dengan inisiatip sendiri maupun berkelompok agar tetap bugar selama prosedur kesehatan diberlakukan. Terlihat beberapa petenis putri nasional mempertlihatkan tiada hari tanpa tenis .

Dalam penelusuran di Jakarta beberapa kepelatuhan tenis  atau klub tenis mulai bergairah kembali, bahkan awal Juli sudah terlihat pelatihan tenis mulai bergerak kearah tatanan New Normal.

Salah satu Coach baru yang akhir2 ini mulai menonjol diantara Coach2 yang terkenal,  yaitu Sonny Ratag ( 47 tahun ) Hadir di Jakarta pemuda yang besar dan mengenal tenis di Manado datang ke Jakarta tahun 1992  untuk sekolah AIP (Akademi Ilmu Pelayaran). Diawali sebagai asisten pelatih atau sebagai feeder kemudian bisa sampai jadi Coach dengan mendirikan Kepelatihan Tenis sendiri. 

Tentunya melalui proses belajar cukup panjang setelah bersama dengan pelatih yang ada seperti Randy Pangerapan ( alm), Josafat Sihombing, Goenawan, Bunge Nahor, Roy Morisson,  Alfred Raturandang maupun Deddy Prasetyo. Dengan melengkapi pendidikan National ITF Level-1 Coach, Workshop2 , yang bersangkutan memberanikan diri membuka Kepelatihan Tenis sendiri di lapangan tenis Lebak Lestari . Ternyata sudah mulai anak asuhnya berbicara di tingkat nasional.

" Saya tidak melupakan juga jasa pelatih sebelumnya baik di Manado maupun awalnya di Jakarta seperti Franky Widi, Teddy Widi  Alex Karamiy (alm). Juga tidak lupa kepada pelatih2 senior lainnya yang ikut membimbing saya.  Paling lama saya berguru dengan  Om Alfred Raturandang (2004-2014) dan setelah itu saya membuka sekolah tenis sendiri."

Tahun 2020, ikut dalam National Tennis Junior Camp yang diadakan oleh PP Pelti di Magelang. Perjalanan panjang oleh Coach Sonny Ratag diharapkan membuahkan hasil sebagai sumbangsih dipertenisan nasional dimasa mendatang. Tentunya dihasilkan bukan sebagai petenis nasional saja tetapi juga menjaga moral beretika sebagai petenis nasional.

Semasa pandemi Covid-19 dijalankan kepelatihan tenis memakai standard kesehatan, demikian pula masa PSBB berlaku,  mulai terlihat  kegairahan dengan berlatihnya petenis yunior potensial. Tampak petenis asal Sekayu Muba, Jones Pratama ikut nimbrung, karena dikota Sekayu tempat dia bersekolah masih tutup. Mumpung berlebaran berada di Jakarta dimanfaatkan waktunya untuk tetap bugar dengan berlatih di Lebak Lestari, 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar