Rabu, 19 Desember 2018

Ada Dualisme Tenis Veteran di Indonesia

Jakarta, 19 Desember 2018. Dualisme terjadi di tenis veteran Indonesia. Tahun 2016 Pengurus Pusat BAVETI yang awalnya bernama Badan Veteran Tenis Indonesia kemudian berubah menjadi telah menyatakan diri keluar dari PP Pelti sehingga merubah namanya menjadi Barisan Atlet Veteran Tenis Indonesia dan langsung membuat AD ART sendiri dan terdaftar ke Kemterian Hukum dan HAM.

Keluarnya dari PP Pelti akibat tidak bisa menerima perlakuan PP Pelti saat itu (2012-2017) sehingga merasa dianak tirikan.

Sejak awal PP Pelti selain mengurus tenis yunior dan kelompok umum juga mengurusin kelmpok veteran seperti diinduk organisasi dunia (ITF).
Dan di Indonesia sendiri dalam AD ART :PELTI masih tercantum keberadaan veteran yang awalnya dulu kala masuk dalam Komite Veteran dan setelah beberapa tahun kemudian menjadi Badan Veteran Tenis Indonesia dan disingkat menjadi BAVETI.

Sehingga tidak heran jika dalam kenyataan sampai saat ini Pengcab Pelti masih tetap secara rutin menjalankan kejuaraan kejuaraan tenis veteran dan bahkan setiap bulan selalu terdengar kegiatan tersebut dengan logo Pelti karena penyelenggara adalah Pengcab Pelti. Seolah olah tidak mau tahu keberadaan Baveti yang menyatakan sebagai induk organisasi tenis veteran di Indonesia.


Bagaimana persiapan dari Baveti sendiri? Ternyata sudah terbentuk 16 Pengda Baveti dimana belum semuanya dilantik oleh Ketua Umum PP Baveti. Ada informasi baru Pengda Baveti Jatim telah memiliki Pengcab Pengcab Baveti yang jumlahnya belum diketahui dan sudah ada 1 Pengcab Baveti Surakarta yang belum ada Pengda Bavetinya.(Pengda Baveti Jawa Tengah)

Masing masing pihak berjalan seperti sendiri sendiri dan tidak ada koordinasi antara Pengcab Pelti dengan Pengcab Baveti ataupun Pengda maupun PP Baveti sendiri

PP Baveti telah membuat ketentuan Turnamen Diakui Baveti sebagai patokan dalam pelaksanaan kejuaraan tenis veteran Baveti disesuaikan dengan ketentuan ITF Seniors. Dan Pengcab Pelti sendiri membuat turnamen tenis veteran tidak mengikuti aturan internasional maupun ketentuan yang dibuat oleh Baveti karena merasa tidak ada hubungan kerja sekalipun.

Disinilah terjadi masalah karena Baveti melalui Pengda ataupun Pengcab (yang belum tentu ada) tidak ada koordinasi dengan Pengcab Pelti. Aktivitas turnamen diselenggarakan oleh Pengda ataupun Pengcab Baveti lebih rendah dibandingkan oleh Pengcab Pelti. Baru Pengcab Baveti Surakarta yang pernah selenggarakan Kejurnas Veteran Baveti beberapa tahun silam.

Disini pula Baveti berbeda nama dari Barisan Atlet Veteran Tenis Indonesia   dengan Badan Veteran Tenis Indonesia yang awalnya berada di Pelti, sehingga pengakuan oleh KONI Pusatpun sulit didapatkannya. Barisan Atlet Veteran Tenis Indonesia belum bisa diterima sebagai anggota oleh KONI Pusat karena yang diakuinya adalah Pelti. Kesannya adalah perkumpulan atlet2 tenis veteran saja lebih tepat

Kesulitan akan muncul bagi Baveti sendiri jikalau Pelti kembali mengaktivkan Komite Veterannya karena jaringan Pelti itu sudah mencakup 34 provinsi dengan 514 pengcabnya. Sedangkan saat ini Pengda Baveti yang bisa menjalankan programnya baru Pengda Baveti DKI Jakarta dan Pengda Baveti Jawa Barat. Kedua Pengda Baveti ini belum memiliki Pengcab Bavetinya sebagai ujung tombak sebenarnya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar