Selasa, 02 November 2021

Sukardi Referee RemajaTenis Pertama Telah Berpulang

RemajaTenis  Jakarta, 3 November 2021. Berita duka datang hari ini mengenai telah berpulangnya rekan Sukardi atau dikenal dengan nama Pak Kumis dalam usia 70 tahun. Disebabkan kemungkinan sakit jantung. 

Sukardi atau lebih dikenal dengan nama pak Kumis ternyata sebagai Referee RemajaTenis pertama kali di tahun 2009.

Pertemanan dengan AFR sudah lama sekali sejak AFR terjun dipertenisan nasional. Sehingga dipercayakan sebagai Referee pertama di Remaja Tenis.
Dengan latar belakang guru sehingga layak diangkat sebagai guru oleh sebagian wasit wasit Indonesia.
Suaranya keras sehingga cocok sebagai wasit yang kemudian berkembang menjadi Referee dengan berbekal pengetahuan tenis yang memadai disamping menguasai komputer sebagai alat kerja pembantu. Awalnya dia tidak menguasai komputer tapi diserahkan kepada putranya yang lebih menguasainya.

Turnamen Paskah Maesa dipercayakan kepadanya sejak tahun 1990 an sepengetahun AFR. Diasah mental dan ketegasannya di event Maesa Paskah yang mempertandingkan paling banyak event dalam 3 hari saja. Bayangkan betapa jelimetnya turnamen Maesa Paskah yang suatu saat pernah mencapai 33 events terdiri dari junior atau kelompok umur, kemudian kelompok umum, dan kelompok veteran termasuk ganda campuran suami istri yang merupakan ikon dari turnamen tradisional Maesa Paskah.

" Saya banyak belajar dari Sukardi bagaimana mengatur jadwal turnamen di Maesa Paskah. Karena dulu itu kerja sampai larut malam dirumah saya di Taman Alfa Indah. Dia termasuk teliti dalam bekerja. " ujar August Ferry Raturandang.

Selanjutnya dikatakan Sukardi itu hasil didikan Referee ITF John Halsinger ( Inggris) yang sangat teliti dan tidak boleh salah sebagai wasit atau Referee. Berbeda dengan Referee yang bertugas dari Australia yang dikenal.

Ketegasannya itu yang membuat peserta turnamen mengikuti seluruh arahannya termasuk wasit. Banyak kenang2an yang tidak bisa dilupakan dengan Sukardi. Terjadinya di Turnamen Maesa Paskah dengan event Junior, Umum dan Veteran.
Suatu saat Sukardi naik kekantor Pelti distadion tenis GBK Senayan, duduk dilantai yang tidak biasanya dia lakukan. Ada apakah gerangan? Ternyata dia sudah frustasi juga mengurus Turnamen Maesa Paskah. Sehingga keluar kata katanya memang MAESA itu Mau Enaknya Sendiri. Istilah itu yang diberikan kepada Maesa.
Ujian sebagai Referee ternyata di turnamen Maesa Paskah. Bayangkan 33 events dilaksanakan dalam waktu 3 hari, Jumat Sabtu Minggu. Belum lagi Minggu pagi banyak pemain baru bisa datang setelah jam gereja. Pusing apa tidak. Belum jumlah jenis pertandingan terbanyak di Indonesia. Ternyata Sukardi dapat menyelesaikannya. Buktinya setiap turnamen Maesa Paskah baik itu TDP Nasional maupun turnamen tradisonal ( dikatakan demikian karena peserta harus kawanua ) sampai 2018 masih menggunakan tenaga Referee adalah Sukardi alias Pak Kumis.

Ketegasannya perlu dihormati. Sehingga terjadi suatu saat kesalahan yang dibuat. Sewaktu AFR sebagai manager pertandingan PB Pelti pada tahun sekitar 1990 an penugasan Referee di turnamen nasional FIKS Bandung. Kebetulan hadir mengantar putra sendiri ke Bandung. Waktu itu terima pengaduan dari peserta. Dia  daftar  untuk kelompok umur diatasnya tapi kenapa dimasukkan dikelompok umur usianya. Menerima pengaduan itu AFR karena datang ke Bandung keperluan pribadi maka tugas Referee saat itu tidak mau turut campur, hanya beri tahu keluhan tersebut langsung kepada Referee.
Tapi rupanya Referee bersikeras bertahan dengan keputusan awal dimasukkan dalam kelompok umurnya sesuai dengan usianya.

Setelah usai turnamen FIKS, Referee berkewajiban membuat laporan ke PB Pelti dengan datang sendiri.Termasuk paling rajin datang ke sekretariat PB Pelti, karena banyak informasi turnamen dari ITF bisa diperolehnya.
Kesempatan berdialog dengan Sukardi selaku Referee. Atas kasus diatas diungkit kembali. Dia kemukakan daftar peserta ditentukan oleh panpel yang menyodorkannya. Tapi dia lupa kalau  daftar peserta juga harus di cek keabsahannya dengan mencocokkan formulir pendaftaran yang masuk. Disini diambil keputusan bahwa dia di skors selama tiga bulan.Tapi tidak ada keputusan tertulis atau resmi. Waktu itu turnamen tenis sekitar 12 saja dalam setahun. Sehingga selama tiga bulan tidak ada TDP yang berlangsung.

Memang harus diakui ketegasannya bahkan sampai tidak mau lakukan Re-Draw dipegang teguh.Pantang baginya untuk Re-Draw. Berbeda dengan ITF Referee dari Australia saat ITF Green Sands Satellite Circuit di Surabaya. Karena kesalahan bukan dari pemain maka Re-Draw wajib dilakukan walaupun beberapa pertandingan telah dilakukan.

Mengenang figur Sukardi atau Pak Kumis selalu menyenangkan bagi siapa saja bertemu dengannya karena suka bercanda 
Walaupun dia bukan wasit internasional ITF White Badge tapi dia selalu up to date dengan aturan aturan yang dikeluarkan oleh ITF. Dalam penyusunan ketentuan TDP Nasional, Sukardi selalu diikutkan sebagai narasumber saat itu.
Akhir akhir ini Sukardi lebih banyak bertugas sebagai Referee Nasional untuk menangani TDP Nasional.

Selamat jalan pak Kumis ! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar