Kamis, 14 Februari 2019

Maksimalkan Potensi Tenis Daerah

Palembang, 12 Februari 2019. Petenis daerah bisa menjadi kunci untuk mengatasi masalah prestasi nasional. Mengembangkan keanekaragaman petenis daerah dan menjadikan sebagai bagian pola pembinaan nasional bisa membantu mempercepat perbaikan prestasi nasional.

Sumatera Selatan yang saat ini telah memiliki sarana dan prasarana tenis terbesar di Indonesia sudah waktunya mendapat perhatian serius dari pemangku kebijakan tenis nasional. Harus diakui telah memiliki sarana dan prasarana terbesar telah  diuji sebagai terbaik.

SEA Games 2011, ISG 2013 maupun Asian Games 2018 sebagai ajang pembuktian  Jakabaring Sport City layak di gunakan sebagai Pusat Tenis Nasional.

So what? Kira2 dengan keberadaan Jakabaring Sport City yang memiliki 18 lapangan tenis terbuka pasca Asian Games 2018 dimanfaatkan oleh Pelti baik daerah maupun pusat untuk memegang julukan Pusat Tenis Nasional. Materi apa lagi yang dibutuhkan memenuhi kriteria sebagai Pusat Tenis Nasional.
Perlu dilengkapi dengan SDM atlet maupun pelatih. Kebutuhan pelatih kualitas nasional harus dulu dibuktikan oleh Sumsel. 

Apakah Sumsel telah memiliki petenis potensial ? Kira2 demikian pertanyaannya bagi pembina tenis di Ibukota Jakarta.
Diam2 tanpa disadari salah satu kabupaten di Sumsel telah memiliki program pembinaan tenis yang berjalan sudah cukup lama. Bahkan dukungan pemerintah kabupaten Musi Banyuasin sehingga program tersebut berjalan dengan baik.

Salah satu atlet binaan PPLP Musi Banyuasin, Jonas Pratama ( 16 th) telah berhasil membuka mata pembina tenis di Jakarta. Bahkan sudah ada tawaran datang dari salah satu pelatih nasional untuk pindah ke training camp miliknya. Tetapi masih belum diterima oleh orangtuanya karena ada beberapa kekurangan yang dikuatirkan seperti sekolahnya yang belum bisa dijamin karena di Sekayu sekolahnya masih bisa berjalan bersama tenisnya. Disamping itu oula munculnya binaan PPLP menghasilkan Syahrul Ramadhan yang sudah waktunya berkembang seperti ikuti rekannya Jones Pratama.

Apakah kota Palembang tidak memiliki atletnya? 
Ada beberapa klub setia dengan program latihannya. Yaitu ITTEC dan klub Baturaja yang mulai berkembang akhir akhir ini  Tetapi ada juga klub lannya sudah non active akibat minimnya petenis binaannya.
ITTEC memunculkan Panji A Susilo yang sudah layak go international. Hanya saja kendala saat ini bagi dirinya adalah ada pilihan lain yaitu soft tennis atau tenis. Begitu pula dengan petenis putri binaannya sudah berjalan secara rutin dalam pembinaan setempat. Bahkan masih banyak lagi yang masih malu malu muncul akibat awalnya minim kegiatan dikota Palembang. 
Klub Baturaja muncul Alfith Ridho yang sudah waktunya muncul ketingkat nasional.

Induk organisasi tenis atau Pelti sudah mendatangkan pelatih asing asal Belanda. Apakah pelatih tersebut bisa dimanfaatkan oleh pengda Pelti? Ini pertanyaan muncul dari rekan2 didaerah khususnya luar Jawa. Kesan yang muncul saat ini justru lebih cenderung dimanfaatkan oleh Pelti di Jawa dibandingkan oleh Pelti diluar Jawa.

Alangkah indahnya PP Pelti buat program kedaerah daerah dengan memanfaatkan keberadaan pelatih asing tersebut. Beberapa opsi bisa ditawarkan kepada daerah tersebut. Opsi pertama PP Pelti menanggung seluruh beaya pelatih asing tersebut yi honor, akomodasi dan transportasi dari Jakarta. Opsi kedua honor pelatih ditanggung PP Pelti sedangkan akomodasi dan transportasi ditanggung Daerah.
Sebenarnya pelatih asing itu sudah ditanggung kontraknya oleh Pelti Pusat sehingga tidak perlu lagi dibebankan oleh Daerah.

Yang menjadi masalah adalah Pengda Pelti  menyiapkan dana beaya pelaksanaannya. 

Pengda Pelti bisa mencari solusi pendanaan tersebut. Dengan cara sponsorship dan juga bisa dibebankan kepada peserta training oleh pelatih asing. Kehadiran pelatih asing kedaerah daerah diluar Jawa sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh PP Pelti sebelumnya. Sebaiknya bisa dilakukan oleh PP Pelti saat ini.

Sasarannya bisa untuk pengembangan pelatih daerah maupun atlet daerah. Mulai yang simpel yaitu Workshop didaerah dengan sasaran pelatihnya. Kemudian training camp untuk petenis yuniornya.
Selama berada di Indonesia pelatih asing yang sudah dikontrak dimanfaatkan untuk kegiatan Workshop di Jawa.

Sekarang yang jadi pertanyaan apakah ada kemauan dari Pelti Pusat yang memiliki program pembinaan nasional ? ( penulis August Ferry Raturandang,)

3 komentar:

  1. Bener banget pak. Mantap semoga pp pelti terbuka matany. Bukan di kota besar aja ada pemain yang bagus. Di kabupaten kecilpun ada pemain berpotensi..��

    BalasHapus
  2. Kami hanya memantau apa yang terjadi didaerah daerah yg terlupakan prestasinya karena tidak punya kesempatan

    BalasHapus
  3. Jangan lupa kunjungi balik guna.site

    BalasHapus