Senin, 29 Maret 2021

Petenis Fakfak Ingin Maju Apa Daya ...


RemajaTenis, Fakfak, 29 Maret 2021. Keinginan berlatih tenis ada tapi prasarana dan tidak tersedia dengan baik. Begitu kesannya nasib petenis yunior di kota ujung timur Indonesia. Tepatnya kota Fakfak Papua Barat.

Jeritan datang dari pelatih di Fakfak, A.Sameth biasa di panggil Jabrik,  dikemukakan karena fasilitas yang tersedia dikota tersebut sangat memprihatinkan .
" Sebenarnya yang sudah minta  di latih banyak tapi kondisi lapangan sudah hampir 15 tahun gak ada makanya kita vakum... Tapi kalau untuk yang sekarang untuk usia dini sekitar kurang lebih 10 anak anak yang ingin latihan itu yang sudah bicara langsung ke saya ,untuk prestasi ada sekitar 6 orang, hanya ya kendalanya lapangan dan juga dana untuk pembinaannya" ucap Jabrik.

Selanjutnya dikatakan dana dari Konii pun tidak ada untuk pemain kita, begitu juga dari Pelti.

Kegiatan tenis di Papua Barat lebih menonjol di  Manokwari dan Sorong tapi akibat tidak adanya turnamen turnamen baik yunior maupun senior berakibat menurun prestasinya.

Berakibat  Papua Barat dalam kegiatan Pekan Olahraga Nasional selalu menggunakan petenis dari Jawa berdampak demotivasi bagi atlet atlet binaannya sendiri.

" Jika untuk menarik petenis lokal agar ikut terangkat prestasinya, seharusnya cukup menggunakan 2 atlet luar dan 2 atlet lokal." ujar August Ferry Raturandang selaku pengamat tenis. Dikatakan pula sebenarnya ada atlet Mutiara Hitam Manokwari yang postur tubuhnya tinggi yang potensial jikalau dibina dengan baik bisa berprestasi jika diberi kesempatan. Disayangkan sekali tidak diberi kesempatan.

Begitulah nasib atlet tenis ditanah Papua dan Papua Barat. Banyak Serena Williams Serena Williams dan Arthur Ashe Athur Ashe ala Papua dan Papua Barat yang bisa dikembangkan. 

Apa masalahnya sehingga atlet atlet tenis di Tanah Papua dan Papua Barat tidak bisaberkembang? 

Sayang kalau bukan hanya kekayaan alam dimiliki tetapi ternyata petenis di Papua dan Papua Barat terpendam begitu saja. Siapa yang peduli mereka ? Oh nasib si Mutiara Hitam. Sayang.

 

1 komentar:

  1. Arthur Ashe ala Papua.. Tua banget perumpamaannya.. Kenapa gak Felix Auger aja.. Lebih milaneal 😁

    BalasHapus