Kamis, 19 November 2020

Kenapa Petenis Daerah Luar Jawa Tak Berkiprah Lagi

RemajaTenis , Jakarta. Melihat nama nama petenis nasoonal saat ini yang berkecimpung dalam Davis Cup ataupun Fed Cup membela nama Indonesia, tidak ada sataupun berasal dari daerah luar pulau Jawa, Timbullah pertanyaan kenapa bisa terjadi. Apakah karena pembinaan di pulau Jawa lebih berhasil daripada diluar pulau Jawa. Coba flashback dimana pembinaan diluar Jawa menunjukkan prestasi dengan mmeberikan sumbangan ke nasional, Berarti kualitas pelatih juga tidak diragukan

Melihat hasil PON V Bandung 1961 sampai pengamat tenis kala itu Katili menulis artikel  tentang bakat2 petenis daerah tersebut dari hasil PON V di Tabloid Aneka, Hasil pengamatannya bahwa ada bibit bibit petenis muda yaitu Sofyan Mudjirat ( Riau), Jolanda Mangadil ( nyonya Jolanda Soemarno asal Sulawesi Utara, ada satu nama asal Sumbagsel (lupa nama tersebut), Iljas Mappakaya ( Makassar Sulawesi Selatan) dan juga Ferry Ratutandang ( NTB)

Dari nama nama tersebut setelah menambah ilmunya di Jakarta atau pulau Jawa karena turnamen paling banyak saat itu di pulau Jawa dan sampai sekarang masih tidak beriubah, muncul sehingga berhasil menbela nama Merah Putih diajang Internasional. Yang bertahan dikotanya adalah Ilyas Mappakaya dan Ferry Raturandang, sehingga kiprahnya jalan ditempat.

Kemudian datang pula Abdul Kahar MIM, asal Kalimantan Timur, Donald Wailan Walalangi dari Jayapiura Papua bahkan ikut masuk kedalam Davis Cup 1989 meloloskan tim Davis Indonesia ke Group Dunia melawan Tim Jerman yang terdapat juara Grand Slam Boris Becker.

Kemudiain muncul lagi nama nama yang berkiprah ditingkat nasional Dadang (Kalsel), Edu Ismail (Papua), Iskandar Kita (Makassar), Letsy Mantiri (Makassar), dan juga nama Frangky Mewar dari Ambon Maluku. 

Muncul lagi nama Bunge Nahor, Albert Polohindang, Conny Maramis ketiganya dari Sulawesi Utara sebagai bibit daerah. Bahkan Sulawesi Tengah telah berhasil memunculkan nama nama Yanuar Mangintung,Yanuar Radjab, Tommy Kartono bersama Titi Kartono, Victor Marundu. .  Kemudian muncul nama dari Makassar Luciana Lolong, Ferly Montolalu, Ada Sebastain Dacosta dari Timor Timur bersama Samsudin Pare

Era tahun 2002 mucul pula nama Ayu Fani Damayanti (asal Bali) , Nesa Artha (Asal Bali), bahkan juara Grand Slam Wimbledon Junior khusus ganda outri Tami Grende asal Bali. Dan juga sempat Bali memunculkan nama Putu Armini dan Satria di PON XVIII Riau bahkan menggondol medali perunggu.

Apakah kendala petenis daerah tersebut sehingga berjalan ditempat,  tidak sempat menikmati ke Internasional. ? Jawabannya kurang mendapat kesempatan ikut dalam turnamen turnamen nasional yang mayoritas di pulau Jawa saat ini. Dulu ada Piala Gubernur dan juga Piala Walikota diluar pulau Jawa sekarang praktis tidak ada.

Banyaknya atlet berprestasi didaerah tersebut sulit berkembang karena harus pindah ke pulau Jawa atau bertahan didaerahnya tapi harus rajin bertanding kepulau Jawa. Resikonya beaya tintggi

Bagaimana mengatasi problem ini agar prestasi merata sehingga lebih mudah untuk mencari atlet berprestasi. Ini tugas Persatuan Tenis seluruh Indonesia baik ditingkat Pusat, Provinsi ataupun Kota dan Kabupaten karena tugas sebenarnya ada ditangan mereka.

Tugas PP Pelti hanya memotivasi provinsi atau Kota dan Kabipaten untuk bisa menyelenggarakan turnamen kelompok umum sehingga bisa merata. Dua puluh tahun lalu sudah dirintis tapi saat ini kelihatannya sudah meredup. Bisa juga dengan cara memberi rangsangan dalam bentuk beaya prize money beban PP Pelti atau sebaliknya. Dulu kala pernah ada Piala Gubernur DKI, Piala Gubernur Jabar, Piala Riau, Piala Gubernur Sumut,  Piala Khatulistiwa (Pontianak), Piala Walikota Tarakan , Piala Gubernur Kaltim , Piala Walikota Manado, Piala Gubernur Sulut, dan beberapa piala Gubernur yang sudah tak teringat kembali karena sudah meredup. Bahkan ada Piala Walikota Jakarta (bergilir Selatan, Utara Barat, Timur dan Pusat)

Caranya kita coba untuk menghimbau Pengprov Pelti di wilayah luar Jawa dengan pilihan pertama prize money Rp 50 juta sudah cukup , Prize money ditanggung oleh PP Pelti. Masalah kalau ada Pengprov mau menaikkan menjadi Rp 100 juta silahkan tambah sendiri. Dan so pasti ada yang gengsian menaikkan prize money tersebut apalagi menggunakan nama Piala Gubernur. Sedangkan beaya penyelenggaraan ditanggung tuan rumah

Pilihan kedua beaya Referee termasuk didalamnya honor maupun transportasinya plus akomodasi ditanggung PP Pelti. Beaya turnamen termasuk prize money dibebankan tuan rumah

Pilihan ketiga jika PP Pelti mampu menanggung seluruh beaya lainnya ditangung oleh PP Pelti. Sebenarnya PP Pelti mampu asalkan dana yang didapat  selama ini dialokasikan dengan benar sehingga tenis daerah bisa berkembang

Kami hanya bisa menghimbau jangan lupa beberapa tahun silam sumbangsih daerah cukup besar untuk nasional berarti peranan pelatih daerah juga cukup besar.Jangan terpukau dengan Jawa centris. (penulis August Ferry Ratu
randang



2 komentar:

  1. 365SBOBET Situs Resmi Agen SBOBET Terpercaya di Indonesia

    365Sbobet adalah Agen SBOBET Terpercaya Indonesia, Situs Agen Bola Resmi Online Casino Terbaik Official Partner kami adalah Barcelona dan Liverpool.

    Buruan Daftarkan DIri anda di 365SBOBET & menangkan Ratusan Juta Rupiah Setiap Harinya!!!
    Bonus Pendaftaran Member Baru 20% Maksimal s/d 1 Juta Rupiah
    Bonus Next deposit 5%
    Bonus Rollingan 0.5%
    Bonus Cashback 5%
    Dengan Minimal deposit untuk mendapatkan Bonus Hanya 50 ribu

    Deposit hanya Rp. 25.000

    Whatsapp : 0823.6134.6235

    365sbobet
    agen sbobet

    BalasHapus
  2. Tulisan yang bagus Pak,
    PP PELTI harus mampu membangun grass root bakal calon atlit potensial di berbagai daerah hingga pelosok
    Agar tenis dikenal dan berkembang sebagai mana populernya sepak bola di tanah air

    BalasHapus