Dedikasi Andrian Raturandang

Sosok yang lahir dari keluarga atlet ini sangat mencintai dan mendedikasikan hidupnya untuk tenis.

Pria kelahiran Jakarta, 36 tahun silam ini, mungkin tidak terlalu banyak diingat orang. Meskipun tidak sedikit prestasi yang telah diraihnya di dunia tenis – salah satunya adalah medali emas di Sea Games 1997.

Kecintaannya pada tenis membuatnya mengambil keputusan berani. Di tengah perjalanan kariernya sebagai manajer di sebuah bank nasional, putra dari pelatih tenis kawakan Alfred Raturandang ini memutuskan untuk menjadi pelatih tenis dan mengelola ARTC (Alfred Raturandang Tennis Club) milik keluarganya.

Bagaimana awal Anda terjun ke dunia tenis?

Saya mengenal tenis sejak usia 5 tahun. Alasan saya menggeluti tenis adalah individual. Dulu saya sempat main basket, bahkan punya klub basket. Tapi ayah saya tidak setuju kalau saya main basket. Dia bilang lebih baik main tenis karena lebih individual, jadi kemungkinan untuk berprestasi secara individu lebih besar daripada basket. Saya turuti saja kemauan ayah.

Sejak kapan Anda menjadi petenis profesional dan mulai ikut turnamen?

Saya menjadi atlet tenis dan ikut kejuaran sejak usia 7 tahun. Saya juga menjadi juara pada usia 7 dan 8 tahun. Dulu masih ada turnamen-turnamen sepertiThamrin Cup, Mercubuana Cup, dan lain-lain. Saya rutin mengikuti turnamen-turnamen tersebut dari 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun, 16-18 tahun. Pada usia 14 tahun saya mulai mengikuti turnamen di Eropa. Ketika itu saya sangat senang karena dapat membela nama Indonesia dan berhasil menjadi nomor 3 di dunia untuk kategori single dan di kelas doublemenjadi juara dunia World Junior Circuit U14 Champhionship, di Castricum, Jerman.

Apa yang membuat Anda memutuskan menjadi pelatih?

Saya sempat ada kendala yaitu cedera. Setelah mengalami itu saya ingin mencoba yang lain. Saya sadar bahwa atlet memang bukan profesi yang bisa dijalani selamanya. Saya akhirnya bekerja di sebuah bank, sebagai manajer. Tapi panggilan jiwa saya bukan di sana dan selama bekerja itu kesehatan saya menurun. Di kantor saya sering kehilangan fokus karena jarang olahraga. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti. Kebetulan orang tua saya punya klub tenis. Jadi, saya pikir, kepada tidak saya coba saja membantu melatih di sana. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti bekerja dan mulai melatih.

Pendapat Anda tentang perkembangan tenis saat ini?

Perkembangannya fluktuatif, hanya saya melihat saat ini tenis sudah mulai diapresiasi oleh pemerintah. Dulu ketika masih menjadi atlet, hadiahdan gajinya rendah, tapi sekarang gaji dan tunjangan atlet tenis sudah bagus. Animo anak-anak muda kepada tenis di Indonesia saat ini juga sangat baik.

Apa saran Anda untuk kemajuan tenis Indonesia?

Memang untuk persoalan ini kembali lagi pada pembinaan. Saya pikir tenis harus ada ikonnya. Jika tenis memiliki seorang ikon pasti banyak yang ingin meniru jejaknya. Waktu itu ada Yayku Basuki, Anggie Wijaya, Wyne Prakusya, mereka adalah ikon-ikon tenis. Sekarang juga harus ada ikon agar anak-anak yang mau latihan tenis bisa semangat dan termotivasi. Apalagi kalau sering diberitakan media, otomatis mereka ingin mengikuti.

Apa saran Anda untuk pemula yang ingin belajar tenis?

Cari pelatih yang kredibel dan memiliki sertifikat. Kemudian jangan lupa makan makanan yang bergizi seperti sayur dan buah. Lalu perbanyak konsumsi karbohidrat. Apalagi sebelum bertanding, harus makan pasta, roti, atau nasi yang banyak agar stamina selalu terjaga.

Karier dan Prestasi :

> Peraih medali emas pada SEA GAMES 1997 di Jakarta

> Juara single Ho Chi Mind Challenge 1997 di Ho Chi Min City

> Runner Up single Asian Cup 1997 di Taiwan

> Juara double Saint Louis Sattelite 1999 di Amerika Serikat

> Peraih medali emas PON 2000 di Surabaya

> Member Davis Cup 1996-2001   (dikutib dari www.fitnessformen.co.id/29/11/2014)