Senin, 01 Februari 2021

Bilakah RemajaTenis Jakarta-88 kembali digelar ?

Jakarta, 1 Februari 2021. Penundaan turnamen yunior membutuhkan kesabaran bagi insan tenis. Begitu  pula harus dijalani sepenuh hati bagi penyelenggara turnamen. Semua itu bukan kehendak insan tenis pada umumnya. Keinginan petenis untuk berlaga sangat anthusias sekali, tetapi apa daya turnamen harus mengikuti situasi dan kondisi saat ini, terutama Jakarta dan sekitarnya yang menjadi penentu.

Mematuhi aturan sudah merupakan kewajiban bagi masyarakat pada umumnya dan juga insan tenis pada khususnya.

Setelah Elite Club Epicentrum Rasuna membuka pintu kembali bagi penyelenggara turnamen, RemajaTenis Jakarta ke 88 segera akan digelar untuk petenis yunior. Yang jadi pertanyaan kapankah itu?

Memang dalam hal ini telah dilakukan pemesanan tempat, sebagaimana mestinya maka direncanakan RemajaTenis Jakarta-88 pada tanggal 19-21 Februari 2021. Tanggal tersebut masih tentative. Jika kasus pandemi sudah menurun. Semua harus mengikuti aturan Pemerintah.

Saat ini keadaan Jakarta dan seluruh provinsi di Jawa dan Bali, diberlakukan  PPKM yang berubah nama dari PSBB sehingga 5 M itu wajib dilaksanakan sesuai program Pemerintah. 
Apakah itu 5 M? Yaitu wajib pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, menghindar kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Terjadi suatu perubahan perilaku dalam kehidupan sehari hari selama ini. Kebiasaan keluar rumah dengan menggunakan masker, suatu hal yang memberatkan sekali. Tapi tidak untuk yang menyadarinya. Kesehatan ini  berlaku untuk diri sendiri atau keluarga dan juga untuk orang lain.

Kasus Covid-19 sudah berjalan 11 bulan, dan trend justru bukannya menurun tetapi justru menaik karena ulah masyarakat sendiri yang menganggap enteng. Bukannya menakut-nakuti masyarakat, tetapi masalah Covid-19 sangat serius harus dihadapi. Banyak contoh yang jadi korban jumlah nakes(tenaga kesehatan) berguguran telah mencapai lebih dari 100.
" Hampir tiap minggu ada saja tenaga dokter yang berguguran. Ini saya ketahui dari grup WA Alumni. Betapa sedihnya, ada yang suami istri dokter maupun bapak dokter dan anak yang gugur disamping masih ada 1 anaknya yang juga seorang dokter terpapar karena Covid-19. Mereka termasuk gugus depan. Ada teman sendiri yang kita kenal setelah lama tidak bersua. Tahu2nya sudah meninggal karena Covid -19 " ujar August Ferry Raturandang. Bahkan dikatakan rekannya itu direktur rumah sakit yang juga rumah sakit yang menangani Covid-19.
Terutama di Jakarta, rata2 RS sudah penuh pasien Covid.

Disisi lain dianjurkan menjaga kesehatan dengan meningkatkan immunitas tubuh dan makan makanan sehat dan bergizi, tentunya tidak melupakan olahraga yang salah satunya tenis yang juga untuk prestasi.

Sampai kapan keadaan seperti ini akan berlalu, tidak ada yang bisa tahu. Tetapi jikalau pandemi Covid-19 sudah berlalu yang dibantu oleh Pemerintah dengan pengadaan vaksin tentunya badai pasti berlalu dengan tetap menjalankan nasehat Ibu, 5 M.

Masih ada asa untuk olahraga tenis. Keinginan atlet akan keberadaan turnamen sehingga bisa mengevaluasi prestasinya, maupun sebagai ajang show room bagi pembinaannya.

Nasib dialami pula oleh beberapa event akbar seperti nasib Olimpiade Tokyo dan juga Pekan Olahraga Nasional yang baru Olimpiade Tokyo menyatakan tetap berlangsung. Sedangkan PON XX Papua belum kedengaran nasibya. Memang direncanakan November 2021, tetapi rencana tinggal rencana karena instansi terkait belum mengeluarkan statement terbaru.

Patut dipuji pula tetap berlangsungnya Australian Open bulan Februari 2021, walaupun diselenggarakan dengan ketat sehingga beberapa petenis dunia merasakan suatu siksaan bagi dirinya.

Apakah hal ini bisa ditiru di Indonesia ? Memang kesulitan dialami oleh Pelti untuk membuka pintu bagi TDP sehingga sampai saat ini belum berani membuka diri. Karena kelemahan akan kontrol ketat tersebut. Yang sebenarnya bisa dilakukan melalui tenaga Referee yang penunjukkannya oleh Pelti, dan juga menempatkan tenaga Supervisor dari pengurus Pelti untuk mengawasi jalannya roda pertandingan.  

Seharusnya semua itu bisa diatur dan masing2 punya tanggung jawab asal ada niat.

Kenyataan keinginan selenggarakan turnamen cukup besar karena turnamen adalah kebutuhan atlet. Buktinya setiap bulan tetap dijalankan turnamen turnamen tenis. Penyelenggara adalah klub, perorangan, bahkan juga anggota pengurus Pelti sendiri yang mengatas namakan perorangan. Tetapi ada juga organisasi Pelti didaerah daerah sebagai penyelenggara. Semua menyatakan persyaratan peserta harus bebas Covid-19 dengan berbagai cara. Siapa yang bisa menahan mereka. Pelti sendiri sudah keluarkan petunjuk Cara Aman Bermain Tenis. Yang tentunya menaikkan budget turnamen, tapi bisa dijalankan demi pemutusan pandemi Covid-19.
Dan yang belum dibuat aturan adalah untuk pertandingan ganda.

Perlu pengawasan dari induk organisasi tenis. Kalau tidak akan rancu bagi pembinaan. Bisa dibayangkan turnamen berlangsung hanya sehari selesai. Maka dicari upaya agar turnamen bisa berlangsung. Dibuatlah system pertandingan yang tidak lazim. Sehingga bisa berlangsung, pemain bisa bertanding 5-6 kali dan sampai larut malam. Harus diingat ada ketentuan batas waktu atau batas jumlah pertandingan dalam sehari bagi atlet tenis. 

Disini lemahnya perencanaan kalau sampai larut malam itu tidak sehat bagi atlet.
Belum lagi atlet yunior bertanding beda umur. Yang tidak sebanding. Misalnya atlet usia 12 tahun ditandingkan dengan veteran ( diatas 35 tahun). 

Hanya karena turnamen itu suatu kebutuhan bagi atlet maka semua hal itu bisa terjadi.

Itulah yang terjadi pada olahraga tenis Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar