Sekedar Mengenal Pelatih

Jakarta, 4 Juli 2020. Keberhasilan petenis diajang turnamen merupakan puncak dari hasil kepelatihan atlet, yang telah diprogramkan oleh seorang pelatih. Biasanya seorang atlet melalui proses yang panjang dan makan waktu yang lama  untuk mencapai prestasinya yang akan terlihat dengan melalui tangan tangan pelatihnya yang juga berjenjang tingkatannya.. 

Ibarat siswa sekolah formal mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas bahkan sebagai mahasiswa Perguruan Tingi dengan guru pembimbing yang berbeda bahkan tempat yang berbeda. Hal yang sulit dipungkiri. Tidak pernah khususnya di Indonesia keberhasilan petenis dari satu pelatih saja. 

Sebagai contoh petenis yunior yang sedang naik daun, Priska Madelyn Nugroho yang berhasil keluar sebagai juara ganda Australian Junior Open 2020 sehingga berhasil menembus pelatnas bersama rekannya Janice Tjen. Mulai bermain tenis pada usia 4 tahun di Sekolah Tenis Kemayoran.. Perlu diketahui pelatih dibelakang layar menghasilkan petenis muda usia yang santun sesuai adat kebiasaan pelatihnya

Setelah ditelusuri ternyata kedua petenis tersebut diawali dari Sekolah Tenis Kemayoran dibawah pelatih Tjahjono ( 57 th ). Siapakah Tjahjono itu. Jika sebagai pemain pernah populer sedangkan sebagai pelatih kurang populer.

Prestasi Tjahjono selama ini lebih dikenal sebagai pemain yang pernah mencapai puncak sebagai petenis nomor satu Indonesia. Tapi pamornya  hilang, sedangkan prestasi internasionalnya sebagai peringkat dunia ATP- 403 dicapainya tanggal 4 Juni 1990 sedangkan mulai terjun kedunia tenis pro tahun 1987.

Seperti juga dialami pelatih berasal dari pemain tenis lainnya beralih ke pelatih melalui liku liku tersendiri. Mulai memberanikan diri terjun sebagai pelatih dengan cara magang dengan peltaih senor lainnya seperti Hadiman mantan petenis nasional  di Sunter Podomoro begitu juga dengan Tintus Arianti Wibowo mantan petenis nasional  awalnya di Sunter Podomoro kemudian di Pusat Tenis Kemayoran dengan Sekolah Tenis Kemayoran yang tahun 2003 diserahkan sepenuhnya oleh Tintus ketangan Tjahjpnp

Tjahjono selain belajar dari seniornya juga menambah ilmu kepelatihan yang tertinggi dicapainya ITF Level-2 coach. Di Indonesia, Tjahjono bersama sama rekannya menyandang sertifikat ITF Level-2 coaches, seperti rekannya Alfred Raturandang, Roy Morisson (alm), Agustina Wibisono, Peter Susanto, Hudani Fajri, Rani Jacob dari Jakarta,  Wibowo H ( Bdg), Ngatman (DIY), Irmantara Subagyo (Sbya), Patricia Budiono(Sbya), Raymond Alimudin (Sbya) sebagai hasil dari kepengurusan Pelti dibawah pimpinan Martina Widjaja. Kemudian dimasa Pelti dibawah Maman Wiryawan menghasilkan 2 pelatih bersertifikat ITF Level-2 yaitu Martin Setiawan ( Bdg) dan Revel Yehezkia ( Jkt). Diharapkan juga kepengurusan yang baru ini bisa menghasilkan ITF Level-2 coaches

Dengan Sekolah Tenis Kemayoran  yang semula bertempat di Pusat Tenis Kemayoran,  karena digusur bangunannya menjadi Wisma Atlet Kemayoran maka Sekolah Tenis Kemayiran bergerak di Sunter dan Lap tenis PGN di Gg Macan

Selama ini Tjahjono lebih konsentrasi kepada pemula sebagai bagian dari Grass-Root Development Programmenya menghasilkan bibit babit petenis yunior. Sesuai dengan karakter Tjahjono sedikit pendiam dengan prinsip banyak bekerja atau berbuat dari pada banyak bicara,  agar menghasilkan petenis handal. Karena betapa pentingnya petenis pemula mendapatkan didikan dasar yang kokoh sebagai modal dasar seorang petenis sejati... 

Diharapkan suatu waktu Tjahono bisa membuktikan tangan dinginnya dengan menelorkan atlet tenis handal dan bisa mewakili Indonesia ajang turnamen besar. Orang lebih kenal  Tjahjono ingat sama pelawak Tjahjono, Tak kenal tak disayang.